Minggu, 18 November 2007

Hari ini, kami bersama rombongan Grapari Telkomsel Samarinda (langsung dipimpin oleh Manajernya Bpk. Andi Agustian), berangkat menuju sebuah daerah bernama Melak, sebuah daerah yang berada di sekitar Sendawar, ibukota Kabupaten Kutai Barat.
Kami berangkat meninggalkan Samarinda pukul 11.15.
Keluar dari Kota Samarinda, kami memasuki wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara (Kukar), Untuk memasuki ibukota Kukar, yaitu Tenggarong, kami menyebrangi jembatan yang sangat panjang dan indah. Ketika melewati jembatan ini, kita dapat melihat pulau Kumala yang ada di tengah sungai Mahakam, yang oleh Pemda Kukar dijadikan objek wisata, lengkap dengan kereta gantungnya.

Setelah kurang lebih 6 jam melewati perjalanan melalui jalan yang sempit, berkelok-kelok dan naik turun (bahkan ada bagian jalan yang rusak parah), kami pun tiba di Melak pukul 17.30.
Kamipun bisa istirahat sambil mempersiapkan pelatihan yang akan diadakan besok.



Selasa 20 November 2007

Karena kemarin perjalanan darat Samarinda – Melak memakan korban, yaitu sebagian anggota rombongan mengalami mabuk perjalanan, maka pihak Grapari memutuskan untuk membagi rombongan menjadi dua pada perjalan pulang menuju Samarinda. Sebagian akan melalui perjalanan darat kembali dan sebagian lagi akan melalui perjalanan sungai. Ketika saya ditawari untuk memilih, dengan senang hati saya segera memutuskan untuk ikut rombongan perjalanan sungai, karena seumur hidup saya belum pernah mengalami perjalanan melalui sungai.
Kami mengawali perjalanan dari sebuah dermaga kecil di tepi sungai, kami berangkat pukul 07.05, kendaraan kami berupa sebuah perahu motor (speed boat) dengan daya tampung sebanyak 10 orang.
Seperti yang saya bayangkan, perjalanan melalui sungai ini sangat mengasyikkan, selain jalannya lurus (sedikit sekali kelokan sungai dan tentu saja tidak ada tanjakan dan turunan), di sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang menakjubkan, misalnya perkampungan di tepi sungai, kami melihat seorang ibu-ibu mendayung sebuah sampan kecil sambil tetap menggendong anaknya. Ada juga anak-anak berseragam SD mendayung sampan untuk menuju sekolah yang letaknya cukup jauh dari tempat tinggalnya (saya jadi ingat pada anak saya yang tiap hari diantar jemput pake mobil jemputan, ahh.. sungguh berbeda jauh...). Di setiap pemukiman tepi sungai yang cukup besar, juga ada warung-warung terapung yang pembelinya adalah para pengendara kendaraan sungai yang lewat, bahkan ada juga pom bensin yang menjual solar untuk kebutuhan motor penggerak perahu. Kami juga sempat singgah di sebuah WC terapung yang cukup banyak terdapat di pemukiman tepi sungai, karena salah seorang penumpang boat kami tidak tahan untuk buang air kecil. Nah saat kami singgah di WC itulah kami mendapat keberuntungan, karena tidak jauh dari WC itu ada seorang perempuan cantik yang sedang mandi di ”kamar mandi” (terbuka tentu saja...!). Hebatnya lagi... dia sama sekali tidak merasa canggung ditonton oleh kami, meskipun tubuhnya hanya ditutupi selembar kain... Sayapun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mengabadikan adegan tersebut dengan handycam, tapi anehnya, saya malah merasa canggung untuk meliputnya... (itulah risikonya ngintip...)












Perjalanan terasa lebih menyenangkan karena kami didampingi oleh seorang guide amatir yang cantik, yaitu mbak Mus dari Grapari Samarinda. Meskipun dia bukan berasal dari daerah sepanjang sungai tersebut, dia paham betul tentang berbagai hal yang berhubungan dengan keadaan di sepanjang sungai itu. Kehadiran mbak Mus sangat terasa dalam perjalanan ini bukan hanya karena berbagai penjelasannya, tapi juga karena beliau selalu menyiapkan mini bar di setiap perjalan kami, mulai dari air minum dalam kemasan, susu kemasan, kacang, wafer, roti, keripik kentang, keripik singkong dan tentu saja permen. Itu sebabnya dia dipanggil bunda oleh para TPR di Grapari.


Setelah kurang lebih tiga jam kami melewati perjalanan sungai itu, kamipun berlabuh di sebuah ibukota Kecamatan, Kota Bangun namanya. Dari sini kami melanjutkan perjalanan melalui Darat menuju Samarinda...
Lengkaplah sudah perjalanan itu...



Minggu, 11 Nov 2007

Hari ini saya mengawali perjalanan di wilayah Kalimantan Timur. Tiba di Bandara Sepinggan Balikpapan pukul 12.30 WITA. Tidak sempat istirahat, kami (saya dan asisten) langsung dijemput teman-teman penyelenggara dengan sebuah minibus untuk langsung menuju daerah lokasi kelas pertama, yaitu Kabupaten Pasir, sebuah Kabupaten di Kaltim bagian Selatan dengan ibukotanya bernama Tanah Grogot, atau lebih mudah disebut Grogot.
Untuk menuju ke Grogot, kami harus melewati sebuah teluk kecil dengan menggunakan sebuah ferry. Saya menikmati benar perjalanan di atas air ini, bukan hanya karena airnya yang tenang tanpa gelombang, tapi juga bisa menikmati pemandangan Balikpapan dari laut. Tanpa dari jauh tangki-tangki raksasa lengkap dengan cerobong apinya milik Pertamina. Di tengah perjalanan kami juga melewati sebuah tongkang besar yang berisi gundukan2 tanah, tadinya saya pikir itu adalah gundukan pasir, ternyata gundukan itu adalah batu bara hasil olahan.


Setelah kurang lebih satu jam perjalanan menggunakan ferry tersebut, kami mendarat di daerah yang bernama Penajam Pasir Utara (PPU) lebih dikenal dengan Penajam. Dari sini perjalanan darat di mulai menuju Grogot. Sepanjang perjalanan saya dibuat terkesan dengan jalannya yang relatif lurus dan rata, sedikit sekali tikungan dan tanjakan/turunan. Karena jumlah kendaraan yang melewati jalan ini relatif sedikit, maka pengemudi mobil kamipun mengendarainya dengan kecepatan di atas 80 km/jam, serasa berjalan di tol, hanya saja dua arah, sehingga kadang-kadang rada ngeri juga bila sedang berselisihan dengan kendaraan dari arah berlawanan yang sama-sama berkecepatan tinggi.
Dibutuhkan waktu kurang lebih tiga jam perjalanan dari Penajam untuk sampai Grogot. Kami tiba di Grogot pas Magrib, kami menginap di hotel Bumi Pasir.
Malamnya, kami mencari makan malam di kawasan rumah makan sepanjang pinggir sungai Kandelo.
Kota Grogot terhitung kecil dan sepi (setidaknya pada pukul 19 WITA). Di tengah kota ada sebuah mal (Kandelo Plaza), sebuah bangunan dua lantai dengan kios-kios kecil (bukan supermarket). Yang menarik adalah, meski kota ini kecil tapi memiliki sebuah Masjid Raya yang sangat besar dan megah.

Senin, 12 Nov 2007.

Setelah menyelesaikan materi di kelas pukul 16.30. Kamipun balik ke hotel dan langsung chek out. Kurang lebih pukul 17.10 kami berangkat menuju Balikpapan. Berbeda dengan perjalanan kemarin, malam ini perjalanan memberikan sensasi tersendiri, karena kami menembus kegelapan, cahaya hanya berasal dari lampu mobil, sementara di kiri dan kanan gelap dan pekat (serasa di film horor…). Karena fisik dalam keadaan lelah (maklum seharian berdiri di kelas), setengah perjalanan saya lalui dengan tertidur, sehingga tidak terasa selama seperti berangkatnya kemarin.
Ketika menyebrangi teluk, kami disuguhi pemandangan Balikpapan di waktu malam yang cukup indah.

PENDIDIKAN DAN KETERAMPILAN

Ketika acara Kick Andy di Metro TV membahas tentang buku Laskar Pelangi, hadir sebagai salah satu nara sumber adalah Gede Prama. Ada pernyataan Gede Prama yang menarik untuk disimak pada kesempatan itu. Dia mengungkapkan bahwa ketika beliau di SMA, sempat mebaca sebuah tulisan yang menyatakan bahwa; yang akan menyelamatkan hidup bukanlah pendidikan, melainkan keterampilan... Itu sebabnya beliau menekuni secara terus menerus keterampilan menulis dari sejak SMA sampai sekarang.
Pernyataan tersebut, menyadarkan saya pada jawaban permasalahan mengapa banyak orang yang pintar secara akademik (melalui pendidikan) tidak berhasil dalam kehidupannya, sebaliknya, banyak orang yang tidak berpendidikan secara memadai, namun berhasil dalam kehidupannya. Karena ternyata kehidupan lebih memberi tempat pada orang yang mempunyai keterampilan dibanding dengan orang yang berpendidikan.
Pada tahun 70-an ke belakang, orang-orang yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi, mempunyai tempat terhormat di masyarakat, sehingga berimplikasi pada keberhasilan tarap kehidupannya, hal itu terjadi karena hanya sedikit anggota masyarakat yang mampu melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Sementara sekarang, lulusan perguruan tinggi begitu berlimpah. Persaingan terjadi bukan hanya antara alumni perguruan tinggi swasta dengan alumni perguruan tinggi negeri, tapi juga bersaing dengan alumni perguruan tinggi dari luar negeri.
Melihat keadaan seperti ini, maka pernyataan di atas sangatlah berkorelasi positif, di mana pendidikan bukanlah jaminan bagi keberhasilan kehidupan seseorang. Yang bisa mengantar keberhasilan seseorang lebih didasarkan pada potensi individualnya, yaitu keterampilan yang dikuasainya.
Mari kita telusuri lebih jauh. Pendidikan adalah sebuah proses memberi asupan berbagai pengetahuan pada kandungan intelektual kita melalui kegiatan yang disebut belajar. Sementara keterampilan adalah sebuah hasil dari proses memberi asupan pada tindakan kita melalui kegiatan yang disebut berlatih.
Permasalahannya, sebanyak apapun pengetahuan kita dan setinggi apapun pendidikan kita, tidak akan berarti banyak manakala kita tidak bertindak. Sementara itu, betapapun sederhananya sebuah keterampilan yang kita lakukan, langsung terlihat hasilnya (karena hasil dari tindakan), dan semakin sering kita melakukan keterampilan tersebut, maka kita semakin terampil.
Itu sebabnya dalam buku-buku motivasi selalu ditekankan bahwa pendidikan bukanlah sumber daya, tetapi baru sebatas potensi sumber daya. Pendidikan akan menjadi sumber daya bagi seseorang manakala menjadi dasar bagi tindakannya. Pendidikan bahkan menjadi beban tersendiri bagi sebagian orang. Lihatlah betapa banyak sarjana yang bertahun-tahun jadi penganggur hanya karena memilih-milih pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya.
Simpulnya adalah; mari kita tak henti-hentinya melatih keterampilan kita, apapaun latar belakang dan tingkat pendidikan kita. Bisa jadi kita sebenarnya mempunyai keterampilan yang menjadi hobi kita di bidang yang sama sekali tidak berhubungan dengan latar belakang pendidikan kita. Mari kita kembangkan, karena bisa jadi suatu waktu kehidupan kita berhasil karena keterampilan tersebut.

Saya merasa yakin pada hal ini. Karena saya sudah membuktikannya...
Saya telah diselamatkan oleh ketrampilan yang saya kuasai... dan keterampilan saya sama sekali tidak berhubungan dengan latar belakang pendidikan saya...
Selamat berlatih...


PS: Berita baiknya, sebenarnya semua orang mempunyai talenta di bidang keterampilan tertentu, sebagai salah satu anugerah Allah yang telah diberikan pada setiap orang. Hanya saja hanya sedikit orang yang menyadarinya. Ada dua cara praktis menemukan talenta itu; pertama, cari dengan mencoba-coba, dan yang kedua, tunggu sampai kepepet...