SANGATTA

Setelah singgah semalam di Bontang, perjalanan kami lanjutkan menuju kota Sangatta. Kota ini tidak terlalu jauh dari Bontang, hanya diperlukan sekitar 45 menit dari Bontang.

Sangatta adalah ibukota dari Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten ini dikenal sebagai lumbung Batubara di Kalimantan Timur, dimana di dalam tanahnya terkandung persediaan batubara sebanyak 5,35 miliar ton...!

Karena hal itu maka kehidupan (terutama sektor ekonomi) di Sangatta sangat dipengaruhi oleh keberadaan perusahaan-perusahaan pengelola batubara tersebut. Perusahaan yang paling besar adalah PT. Kaltim Prima Coal (KPC) milik keluarga Bakrie (itu sebabnya konon yang menyebabkan keluarga Bakrie menjadi orang terkaya di Indonesia).

Alhamdulillah, selama di Sangatta ini saya berkesempatan melihat langsung eksplorasi batubara pada sebuah gunung dari sebuah bukit yang namanya Bukit Pandang.

Begitu luasnya lahan eksplorasi tersebut, sehingga sejauh mata memandang yang terlihat adalah ladang eksplorasi. Kegiatan pengerukan batubara ini dilakukan selama 24 jam non stop selama bertahun-tahun, sehingga menciptakan sebuah lubang raksasa yang konon kedalamannya sudah di bawah permukaan laut.

Yang menarik lagi adalah, untuk mengangkut batubara tersebut digunakan kendaraan truck-truck raksasa, dimana diameter bannya saja bisa mencapai enam meter, sehingga kalau disandingkan dengan pickup biasa, kita seperti melihat mobil mainan saja. Hebatnya lagi, di antara para pengemudi truck raksasa tersebut adalah perempuan.

Melihat pemandangan alam yang penuh dengan kandungan batubara seperti ini, saya tidak henti-hentinya memuji karunia Allah yang telah menganugerahi bumi ini dengan bahan yang sangat bermanfaat bagi umat manusia... Subhanallahhh...

BONTANG

Setelah Samarinda, kota berikutnya yang saya tuju dalam perjalanan keliling Kaltim adalah Bontang. Sebuah kota kecil yang terletak 120 km di sebelah Utara Samarinda. Meski terbilang kota kecil, namun kota ini cukup dikenal, mengingat di wilayah kota ini terdapat dua perusahaan besar, yaitu Pupuk Kaltim (PKT) dan LNG Badak.
Di Bontang, saya menjadi tamu Grapari (Telkomsel) Bontang. Ada yang unik di Grapari ini, dimana di sini saya bertemu dengan Srikandi-srikandi Telkomsel, salah satunya adalah tiada lain dari Manajer Grapari Bontang, Ibu Sri Hartati.
Sebelum bertemu dengan beliau, saya dapat bocoran informasi bahwa beliau adalah salah seorang penggemar musik. Dan ternyata benar, begitu saya memasuki ruangannya, terdengar musik yang bersumber dari speaker di meja kerjanya. Itu sebabnya barangkali yang membuat dia tampak selalu ceria.
Ketika saya sampaikan bocoran informasi tadi, beliau juga ternyata mempunyai bocoran informasi tentang saya. Dia tahu tentang tulisan-tulisan saya di blog saya, dia juga bahkan tahu bahwa saya aktif di komunitas TDA. Ah… skornya jadi 1-1.


Sudah menjadi kebiasaan saya untuk menawarkan pada tuan rumah yang saya kunjungi untuk berbagai pengetahuan pada para karyawannya, begitupun pada bu Tati, saya menawarkan untuk membuat kelas dadakan bagi para karyawan Grapari Bontang. Ternyata beliau menyambut dengan antusias. Maka diputuskan untuk melaksanakannya pukul 17.00 hari itu juga (padahal waktu itu sudah pukul 13.30). Dan luar biasa... ketika saya kembali ke situ pukul 16.45, hampir semua karyawan Grapari Bontang sudah berkumpul di ruang pertemuan (hanya mereka yang bertugas ke luar kota saja yang tidak dapat hadir). Saking penuhnya, karena ruangannya tidak mencukupi, akhirnya sebagian di antara mereka duduk lesehan di lantai, dan mereka bertahan sampai akhir acara kurang lebih pukul 19.30.


Srikandi Telkomsel yang lain adalah mbak Mutiara Sari, ia adalah Supervisor Sales Grapari Bontang. Saya menyaksikan sendiri keluarbiasaannya dimana dengan sigapnya dia memimpin pasukannya dalam menyelenggarakan kelas di dua tempat yang terletak cukup jauh dari Bontang, yaitu Sangatta dan Kongbeng. Dia langsung turun tangan mulai dari persiapan tempat, mengecek undangan, menyiapkan perlengkapan sampai memberikan materi pelatihan di kelas.

Saya sungguh beruntung bertemu dan berkenalan dengan mereka...











Minggu, 18 November 2007

Hari ini, kami bersama rombongan Grapari Telkomsel Samarinda (langsung dipimpin oleh Manajernya Bpk. Andi Agustian), berangkat menuju sebuah daerah bernama Melak, sebuah daerah yang berada di sekitar Sendawar, ibukota Kabupaten Kutai Barat.
Kami berangkat meninggalkan Samarinda pukul 11.15.
Keluar dari Kota Samarinda, kami memasuki wilayah Kabupaten Kutai Kertanegara (Kukar), Untuk memasuki ibukota Kukar, yaitu Tenggarong, kami menyebrangi jembatan yang sangat panjang dan indah. Ketika melewati jembatan ini, kita dapat melihat pulau Kumala yang ada di tengah sungai Mahakam, yang oleh Pemda Kukar dijadikan objek wisata, lengkap dengan kereta gantungnya.

Setelah kurang lebih 6 jam melewati perjalanan melalui jalan yang sempit, berkelok-kelok dan naik turun (bahkan ada bagian jalan yang rusak parah), kami pun tiba di Melak pukul 17.30.
Kamipun bisa istirahat sambil mempersiapkan pelatihan yang akan diadakan besok.



Selasa 20 November 2007

Karena kemarin perjalanan darat Samarinda – Melak memakan korban, yaitu sebagian anggota rombongan mengalami mabuk perjalanan, maka pihak Grapari memutuskan untuk membagi rombongan menjadi dua pada perjalan pulang menuju Samarinda. Sebagian akan melalui perjalanan darat kembali dan sebagian lagi akan melalui perjalanan sungai. Ketika saya ditawari untuk memilih, dengan senang hati saya segera memutuskan untuk ikut rombongan perjalanan sungai, karena seumur hidup saya belum pernah mengalami perjalanan melalui sungai.
Kami mengawali perjalanan dari sebuah dermaga kecil di tepi sungai, kami berangkat pukul 07.05, kendaraan kami berupa sebuah perahu motor (speed boat) dengan daya tampung sebanyak 10 orang.
Seperti yang saya bayangkan, perjalanan melalui sungai ini sangat mengasyikkan, selain jalannya lurus (sedikit sekali kelokan sungai dan tentu saja tidak ada tanjakan dan turunan), di sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang menakjubkan, misalnya perkampungan di tepi sungai, kami melihat seorang ibu-ibu mendayung sebuah sampan kecil sambil tetap menggendong anaknya. Ada juga anak-anak berseragam SD mendayung sampan untuk menuju sekolah yang letaknya cukup jauh dari tempat tinggalnya (saya jadi ingat pada anak saya yang tiap hari diantar jemput pake mobil jemputan, ahh.. sungguh berbeda jauh...). Di setiap pemukiman tepi sungai yang cukup besar, juga ada warung-warung terapung yang pembelinya adalah para pengendara kendaraan sungai yang lewat, bahkan ada juga pom bensin yang menjual solar untuk kebutuhan motor penggerak perahu. Kami juga sempat singgah di sebuah WC terapung yang cukup banyak terdapat di pemukiman tepi sungai, karena salah seorang penumpang boat kami tidak tahan untuk buang air kecil. Nah saat kami singgah di WC itulah kami mendapat keberuntungan, karena tidak jauh dari WC itu ada seorang perempuan cantik yang sedang mandi di ”kamar mandi” (terbuka tentu saja...!). Hebatnya lagi... dia sama sekali tidak merasa canggung ditonton oleh kami, meskipun tubuhnya hanya ditutupi selembar kain... Sayapun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk mengabadikan adegan tersebut dengan handycam, tapi anehnya, saya malah merasa canggung untuk meliputnya... (itulah risikonya ngintip...)












Perjalanan terasa lebih menyenangkan karena kami didampingi oleh seorang guide amatir yang cantik, yaitu mbak Mus dari Grapari Samarinda. Meskipun dia bukan berasal dari daerah sepanjang sungai tersebut, dia paham betul tentang berbagai hal yang berhubungan dengan keadaan di sepanjang sungai itu. Kehadiran mbak Mus sangat terasa dalam perjalanan ini bukan hanya karena berbagai penjelasannya, tapi juga karena beliau selalu menyiapkan mini bar di setiap perjalan kami, mulai dari air minum dalam kemasan, susu kemasan, kacang, wafer, roti, keripik kentang, keripik singkong dan tentu saja permen. Itu sebabnya dia dipanggil bunda oleh para TPR di Grapari.


Setelah kurang lebih tiga jam kami melewati perjalanan sungai itu, kamipun berlabuh di sebuah ibukota Kecamatan, Kota Bangun namanya. Dari sini kami melanjutkan perjalanan melalui Darat menuju Samarinda...
Lengkaplah sudah perjalanan itu...



Minggu, 11 Nov 2007

Hari ini saya mengawali perjalanan di wilayah Kalimantan Timur. Tiba di Bandara Sepinggan Balikpapan pukul 12.30 WITA. Tidak sempat istirahat, kami (saya dan asisten) langsung dijemput teman-teman penyelenggara dengan sebuah minibus untuk langsung menuju daerah lokasi kelas pertama, yaitu Kabupaten Pasir, sebuah Kabupaten di Kaltim bagian Selatan dengan ibukotanya bernama Tanah Grogot, atau lebih mudah disebut Grogot.
Untuk menuju ke Grogot, kami harus melewati sebuah teluk kecil dengan menggunakan sebuah ferry. Saya menikmati benar perjalanan di atas air ini, bukan hanya karena airnya yang tenang tanpa gelombang, tapi juga bisa menikmati pemandangan Balikpapan dari laut. Tanpa dari jauh tangki-tangki raksasa lengkap dengan cerobong apinya milik Pertamina. Di tengah perjalanan kami juga melewati sebuah tongkang besar yang berisi gundukan2 tanah, tadinya saya pikir itu adalah gundukan pasir, ternyata gundukan itu adalah batu bara hasil olahan.


Setelah kurang lebih satu jam perjalanan menggunakan ferry tersebut, kami mendarat di daerah yang bernama Penajam Pasir Utara (PPU) lebih dikenal dengan Penajam. Dari sini perjalanan darat di mulai menuju Grogot. Sepanjang perjalanan saya dibuat terkesan dengan jalannya yang relatif lurus dan rata, sedikit sekali tikungan dan tanjakan/turunan. Karena jumlah kendaraan yang melewati jalan ini relatif sedikit, maka pengemudi mobil kamipun mengendarainya dengan kecepatan di atas 80 km/jam, serasa berjalan di tol, hanya saja dua arah, sehingga kadang-kadang rada ngeri juga bila sedang berselisihan dengan kendaraan dari arah berlawanan yang sama-sama berkecepatan tinggi.
Dibutuhkan waktu kurang lebih tiga jam perjalanan dari Penajam untuk sampai Grogot. Kami tiba di Grogot pas Magrib, kami menginap di hotel Bumi Pasir.
Malamnya, kami mencari makan malam di kawasan rumah makan sepanjang pinggir sungai Kandelo.
Kota Grogot terhitung kecil dan sepi (setidaknya pada pukul 19 WITA). Di tengah kota ada sebuah mal (Kandelo Plaza), sebuah bangunan dua lantai dengan kios-kios kecil (bukan supermarket). Yang menarik adalah, meski kota ini kecil tapi memiliki sebuah Masjid Raya yang sangat besar dan megah.

Senin, 12 Nov 2007.

Setelah menyelesaikan materi di kelas pukul 16.30. Kamipun balik ke hotel dan langsung chek out. Kurang lebih pukul 17.10 kami berangkat menuju Balikpapan. Berbeda dengan perjalanan kemarin, malam ini perjalanan memberikan sensasi tersendiri, karena kami menembus kegelapan, cahaya hanya berasal dari lampu mobil, sementara di kiri dan kanan gelap dan pekat (serasa di film horor…). Karena fisik dalam keadaan lelah (maklum seharian berdiri di kelas), setengah perjalanan saya lalui dengan tertidur, sehingga tidak terasa selama seperti berangkatnya kemarin.
Ketika menyebrangi teluk, kami disuguhi pemandangan Balikpapan di waktu malam yang cukup indah.

PENDIDIKAN DAN KETERAMPILAN

Ketika acara Kick Andy di Metro TV membahas tentang buku Laskar Pelangi, hadir sebagai salah satu nara sumber adalah Gede Prama. Ada pernyataan Gede Prama yang menarik untuk disimak pada kesempatan itu. Dia mengungkapkan bahwa ketika beliau di SMA, sempat mebaca sebuah tulisan yang menyatakan bahwa; yang akan menyelamatkan hidup bukanlah pendidikan, melainkan keterampilan... Itu sebabnya beliau menekuni secara terus menerus keterampilan menulis dari sejak SMA sampai sekarang.
Pernyataan tersebut, menyadarkan saya pada jawaban permasalahan mengapa banyak orang yang pintar secara akademik (melalui pendidikan) tidak berhasil dalam kehidupannya, sebaliknya, banyak orang yang tidak berpendidikan secara memadai, namun berhasil dalam kehidupannya. Karena ternyata kehidupan lebih memberi tempat pada orang yang mempunyai keterampilan dibanding dengan orang yang berpendidikan.
Pada tahun 70-an ke belakang, orang-orang yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi, mempunyai tempat terhormat di masyarakat, sehingga berimplikasi pada keberhasilan tarap kehidupannya, hal itu terjadi karena hanya sedikit anggota masyarakat yang mampu melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Sementara sekarang, lulusan perguruan tinggi begitu berlimpah. Persaingan terjadi bukan hanya antara alumni perguruan tinggi swasta dengan alumni perguruan tinggi negeri, tapi juga bersaing dengan alumni perguruan tinggi dari luar negeri.
Melihat keadaan seperti ini, maka pernyataan di atas sangatlah berkorelasi positif, di mana pendidikan bukanlah jaminan bagi keberhasilan kehidupan seseorang. Yang bisa mengantar keberhasilan seseorang lebih didasarkan pada potensi individualnya, yaitu keterampilan yang dikuasainya.
Mari kita telusuri lebih jauh. Pendidikan adalah sebuah proses memberi asupan berbagai pengetahuan pada kandungan intelektual kita melalui kegiatan yang disebut belajar. Sementara keterampilan adalah sebuah hasil dari proses memberi asupan pada tindakan kita melalui kegiatan yang disebut berlatih.
Permasalahannya, sebanyak apapun pengetahuan kita dan setinggi apapun pendidikan kita, tidak akan berarti banyak manakala kita tidak bertindak. Sementara itu, betapapun sederhananya sebuah keterampilan yang kita lakukan, langsung terlihat hasilnya (karena hasil dari tindakan), dan semakin sering kita melakukan keterampilan tersebut, maka kita semakin terampil.
Itu sebabnya dalam buku-buku motivasi selalu ditekankan bahwa pendidikan bukanlah sumber daya, tetapi baru sebatas potensi sumber daya. Pendidikan akan menjadi sumber daya bagi seseorang manakala menjadi dasar bagi tindakannya. Pendidikan bahkan menjadi beban tersendiri bagi sebagian orang. Lihatlah betapa banyak sarjana yang bertahun-tahun jadi penganggur hanya karena memilih-milih pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya.
Simpulnya adalah; mari kita tak henti-hentinya melatih keterampilan kita, apapaun latar belakang dan tingkat pendidikan kita. Bisa jadi kita sebenarnya mempunyai keterampilan yang menjadi hobi kita di bidang yang sama sekali tidak berhubungan dengan latar belakang pendidikan kita. Mari kita kembangkan, karena bisa jadi suatu waktu kehidupan kita berhasil karena keterampilan tersebut.

Saya merasa yakin pada hal ini. Karena saya sudah membuktikannya...
Saya telah diselamatkan oleh ketrampilan yang saya kuasai... dan keterampilan saya sama sekali tidak berhubungan dengan latar belakang pendidikan saya...
Selamat berlatih...


PS: Berita baiknya, sebenarnya semua orang mempunyai talenta di bidang keterampilan tertentu, sebagai salah satu anugerah Allah yang telah diberikan pada setiap orang. Hanya saja hanya sedikit orang yang menyadarinya. Ada dua cara praktis menemukan talenta itu; pertama, cari dengan mencoba-coba, dan yang kedua, tunggu sampai kepepet...


LASKAR PELANGI


Sudah cukup lama saya tidak membaca buku-buku fiksi sejenis novel, padahal dulu saya penggemar berat pada jenis bacaan tersebut. Mungkin karena akhir-akhir ini perhatian saya lebih terfokus pada buku-buku berjenis motivasi dan pengembangan diri, maka minat terhadap bacaan fiksi jadi menurun. Belakangan baru tergoda lagi oleh Da Vinci Code dari Dan Brown yang cukup menghebohkan itu, kemudian terusik lagi oleh Ayat-ayat Cinta nya Habbiburahman. Dan beberapa waktu yang lalu, tergoda oleh beberapa milis yang membahas tentang Laskar Pelangi (LP) karya Andrea Hirata, saya mulai tergoda lagi untuk berfantasi ria. Dan ternyata heebboohhh banggeeet...
Seperti yang dialami oleh pembaca-pembaca lain, sepanjang membaca buku itu (yang benar-benar susah untuk dihentikan), emosi saya teraduk-aduk, antara keharuan dan kekonyolan isi buku tersebut.
Setelah menyelesaikan membaca buku itu, kesan saya cuma satu: SALUT pada Andrea sang penulis yang mempunyai keajaiban dalam menggambarkan detail setiap peristiwa yang dialami oleh dirinya dan orang-orang di sekitarnya.
Seperti beberapa pembaca lainyang baru menemukan buku itu belakangan ini, sayapun merasa terlambat menemukan buku itu, karena buku itu sudah diterbitkan sejak akhir 2005...!; kemana saja saya selama ini..?. Tapi ada untungnya juga, karena begitu menyelesaikan buku tersebut, saya bisa langsung membaca buku-buku lanjutannya; Sang pemimpi dan Endensor tanpa harus berlama-lama menunggunya. Meski demikian, ternyata saya sempet juga dibikin ketar ketir oleh buku LP itu. Ceritanya begini:
Setelah merasakan kedasyatan buku itu, saya langsung ingat pada anak saya yang juga hobi membaca dan sekarang tinggal di asrama. Maka saya niatkan untuk memberikan buku itu pada anak saya tersebut. Tapi belum sempet niat itu terlaksana, saya bertemu dengan seorang teman baik yang berprofesi sebagai guru dan pengasuh pesantren, dan sayapun tidak tahan untuk memberikan buku itu padanya, dengan asumsi toh nanti saya bisa membeli lagi untuk anak saya. Singkat cerita, Ketika saya menjemput anak saya untuk pulang dari asrama karena libur lebaran, sepanjang jalan saya menceritakan sekilas tentang kehebatan buku LP itu. Anak sayapun menjadi penasaran untuk segera membacanya. Akhirnya, sebelum kami sampai ke rumah, kami sempatkan untuk singgah dulu di Gramedia Serpong Mall. Tapi ternyata buku LP sudah tidak tersedia alias habis..! Padahal lima hari yang lalu, ketika saya membelinya, saya lihat masih cukup banyak. Supaya anak saya tidak kecewa, sayapun menghubungi petugas Gramedia untuk meminta info tentang no telepon yang bisa dihubungi dari Gramedia yang ada di sekitar itu, yaitu yang di Lippo Karawaci dan WTC Serpong. Petugas itu bahkan memberi no telepon semua Gramedia yang ada di Jabodetabek, Sayapun segera menghubungi kedua toko Gramedia terdekat, tapi ternyata di kedua toko itupun sudah tidak ada persediaan buku LP. Demikian juga ketika saya menghubungi Gramedia lain, yaitu Gramedia Daan Mogot Mall dan Gramedia Puri Mall. Saya agak panik dan anak sayapun kecewa, sementara satu-satunya LP yang saya miliki sudah terlanjur saya berika pada kawan saya. Karena hari sudah sore, maka pencarianpun dihentikan dengan menyisakan kepenasaranan: bagaimana sebuah buku bisa habis di lima toko Gramedia dalam waktu yang bersamaan?. Apakah karena tidak laku sehingga toko tidak menyiapkan persediaan lagi, atau justru sangat laku??.
Besoknya, begitu waktu menunjukkan pukul 10 (diperkirakan waktunya buka toko), saya segera menghubungi Gramedia lain, yaitu yang di Taman Anggrek, dan Alhamdulillah petugasnya menginformasikan bahwa masih ada sisa persediaan buku LP sebanyak dua buah..!!. Sayapun segera memesan dua-duanya. Tanpa menunggu sayapun segera meluncur ke Taman Anggrek. Sesampai di Gramedia Taman Anggrek, petugas yang melayani saya menginformasikan bahwa kebetulan pagi itu mereka baru dikirimi persediaan buku LP dari distributornya. Ketika saya buka keterangan cetakannya, ternyata buku LP yang saya beli itu adalah terbitan cetakan terbaru, yaitu cetakan kesembilan, dan saya melihat beberapa petugas toko itu masih mengatur tumpukan buku-buku LP di rak display buku Best Seller. Ketika saya mendekati rak tersebut, dua orang petugas toko yang terlihat lebih rapi (mungkin setingkat pengawas) sedang mengawasi pekerjaan anak buahnya sambil bercakap-cakap, karena jarak mereka begitu dekat dengan tempat berdiri saya, sayapun sekilas mendekar percakapan mereka.
“Pasti penerbit buku ini tidak menyangka bahwa buku ini akan menjadi best seller” kata petugas yang satu, yang segera dijawab oleh petugas yang satunya lagi; “iya... buku ini seperti kacang goreng saja...”.
Mendengar percakapan mereka, sayapun tersenyum miris, karena menyadari bahwa sayapun terkena korban pemburuan buku LP itu.

Akhirnya...
Pulang mudikpun menjadi asyik... Karena sepanjang jalan kami (saya dan anak saya) tidak hentinya-hentinya membicarakan kekonyolan si Ikal, Mahar, A Kiong, Trapani, Kucai, Syahdan, Harun, Samson, Sahara dan tentu saja kejeniusan Lintang, para pendekar Laskar Pelangi.




Hari Minggu kemarin, saya asyik berkutat dengan e-book yang berjudul Mindset Sukses, Jalur Cepat Menuju Kebebasan Finansial karya Jennie S. Bev.
Di mata saya, karya tersebut cukup istimewa, selain karena kandungan materinya yang segar, juga terdapat langkah-langkah aplikatif untuk dijalankan.
Tema besar tulisan itu adalah keyakinan Jennie bahwa sebenarnya kesuksesan itu melekat pada diri seseorang sejak dia dilahirkan di dunia ini, tidak perlu dicari dan tidak perlu syarat untuk mendapatkannya. Hanya saja sebagian besar di antara kita tidak menyadarinya sehingga tidak mengeluarkan atau mengotimalkannya.
Salah satu cara untuk mengeluarkan kesuksesan di dalam diri itu adalah melalui proses memberi. Jennie berpendapat bahwa hanya ada dua kelas di dalam masyarakat, yaitu Pemberi dan Penerima, dan sebagian besar masyarakat kita lebih senang termasuk pada kelas penerima, padahal menurut dia, Pemberi lah sebenarnya yang memegang kelas sosial dan ekonomi tertinggi, karena proses memberi merupakan proses konfirmasi kelimpahan di dalam alam semesta, itu sebabnya merupakan suatu kehormatan yang luar biasa besarnya untuk bisa masuk kelas Pemberi daripada Penerima.
Berita baiknya, Anda tidak perlu kaya secara finansial untuk bisa memberi. Anda tidak selalu harus memberi uang kepada orang lain, tapi Anda juga bisa memberi hal lain, misalnya keterampilan yang selama ini Anda kuasai, atau waktu senggang yang Anda miliki.
Karena hal inilah maka Jennie membagikan e-book tentang Mindset Sukses itu secara gratis pada siapapun. Sebelumnya, dia bahkan menerbitkan buku dimana semua hasil keuntungan dari penerbitan tersebut, dibagikan pada anak-anak miskin atau tidak mampu.
Masih banyak langkah-langkah yang ditunjukkan Jennie untuk mengeluarkan kesuksesan dari dalam diri. Anda bisa mengaksesnya langsung di situs Jennie.

Salah satu hal yang langsung menginspirasi saya dari buku ini adalah tentang kekuatan senyum. Senyuman adalah suatu hal yang dapat kita berikan pada setiap orang dengan mudah, tapi tidak semua orang mampu melakukannya.
Lalu saya perhatikan, semua foto Jennie yang tersebar di buku itu memperlihatkan senyumannya. Karena itulah maka sayapun segera mengganti foto pada profil saya di blog ini dengan foto yang bersenyum…

Sebuah media pembuka kesuksesan telah tersibak, tunggu apalagi? Segera akses Jennie…




FACTOR KEBERUNTUNGAN

Ternyata…
Orang-orang beruntung itu memiliki sifat bawaan yang mempengaruhi pola pikir dan pola tindaknya sehari-hari.
Bawaan itu mereka dapatkan dari orang-orang di sekitarnya sejak kecil,
Sehingga membuat hidupnya cenderung selalu beruntung…

Sementara…
Orang-orang tidak beruntung, juga memiliki sifat bawaan sejak kecil yang mempengaruhi pola pikir dan pola tindaknya sehari-hari yang membuat hidupnya cenderung selalu sial…

Berita baiknya…
Sekarang telah ditemukan
Faktor-faktor
KEBERUNTUNGAN
(LUCK FACTOR)
Yang bisa dipelajari dan bisa menjadikan Anda (apapun latar belakang Anda, jenis & tingkat pendidikan Anda dan status ekonomi Anda) menjadi orang yang selalu beruntung seumur hidup Anda...

Adalah Richard Wiseman, seorang Doktor Psikologi yang mengadakan riset di Inggris atas ribuan orang-orang yang merasa selalu beruntung dan selalu sial sepanjang hidupnya. Dari hasil riset itu, diketahui ada beberapa prinsip yang dimiliki oleh orang-orang beruntung yang tidak dimiliki oleh orang-orang sial. Berikut ini adalah prinsip-prinsip keberuntungan tersebut:

PRINSIP PERTAMA:
MEMAKSIMALKAN PELUANG KEBETULAN

Prinsip pertama ini berdasar pada prinsip:
Orang-orang beruntung menciptakan, menyadari, dan bertindak sesuai peluang kebetulan dalam hidup mereka

Orang-orang beruntung pada umumnya sering meyakini bahwa peluang-peluang yang mereka dapatkan adalah hasil kebetulan belaka.
Sebenarnya, peluang yang tampak kebetulan itu adalah akibat kondisi psikologis mereka, dimana cara berpikir dan bertindak mereka menjadikan mereka jauh lebih mungkin menciptakan, menyadari dan bertindak sesuai peluang kebetulan dalam hidup mereka ketimbang orang lain.
Cara berpikir dan bertindak itulah yang mempengaruhi kepribadian mereka.
Hasil Riset, ditemukan ada tiga dimensi dasar kepribadian manusia yang dimiliki oleh orang-orang beruntung, yaitu:
• Kecenderungan Ekstrovert
• Kecenderungan Neurotik
• Keterbukaan
Ketiga dimensi dasar kepribadian inilah yang mempengaruhi orang-orang beruntung mampu meningkatkan dan mengoptimalkan peluang kebetulan dalam hidup mereka.
Mari kita bahas secara mendetail sifat-sifat orang beruntung dengan menghubungkan ketiga dimensi dasar kepribadian tadi:

1. Orang-orang beruntung cenderung selalu membangun dan mempertahankan jaringan keberuntungan yang kuat
Orang-orang beruntung biasanya bersifat ekstrovert, dimana mereka jauh lebih mudah bergaul ketimbang orang-orang introvert, mereka biasanya senang menghabiskan waktu dengan mengunjungi teman-teman dan pergi ke pesta atau acara-acara keramaian, dan cenderung tertarik pada pekerjaan yang melibatkan bekerja dengan orang lain. Sementara orang-orang introvert jauh lebih penyendiri. Mereka senang menghabiskan waktu sendiri, dan merasa paling puas kalau terlibat dalam lebih banyak aktivitas sendiri, misalnya membaca di rumah.
Ada tiga cara dimana orang-orang ekstrovert secara signifikan meningkatkan kemungkinan keberuntungan mereka:

  • Bertemu sejumlah besar orang dalam kehidupan mereka sehari-hari
  • Menjadi magnet sosial, dimana mereka sepertinya bisa menarik orang lain kepada mereka. Hal ini karena mereka tanpa sadar menunjukkan tipe bahasa tubuh yang selalu terbuka dan ekspresi wajah yang menyenangkan (tersenyum)
  • Mempertahankan hubungan dengan banyak orang

2. Orang-orang beruntung memiliki sikap rileks terhadap kehidupan
Hal ini memang tidak terlalu berhubungan dengan menciptakan peluang kebetulan, tetapi sebaliknya meningkatkan kemampuan orang-orang beruntung untuk menyadari dan bertindak sesuai peluang yang muncul secara alami. Mengapa? Karena secara umum, kita cenderung menyadari hal-hal yang penting bagi kita saja. Kita cenderung mengalihkan perhatian kita kepada apapun yang tampak penting bagi kita dan seringkali mengabaikan aspek lain lingkungan sekitar kita.
Nah, Orang-orang yang beruntung, cenderung lebih tenang dan rileks sehingga mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menyadari peluang kebetulan, bahkan saat mereka tidak menyadarinya.
Kemampuan orang-orang beruntung untuk menyadari kesempatan tersebut adalah hasil dari cara pandang mereka yang rileks terhadap dunia. Bukan berarti mereka berharap menemukan kesempatan tertentu, tetapi mereka menyadarinya kalau kesempatan datang di depan mereka.

3. Orang-orang beruntung bersikap terbuka terhadap pengalaman baru dalam hidup mereka
Orang-orang beruntung cenderung memiliki banyak keberagaman dan kesenangan baru dalam hidup, mereka sangat senang mencoba pengalaman baru, jenis makanan baru, cara baru melakukan segalanya, mereka cenderung tidak terikat adat dan mereka menyukai gagasan hal-hal yang tak terduga. Mereka mampu melepaskan diri dari jebakan rutinitas yang monoton.

APA

Ketika kesadaran setengah hilang
Tak jelas mana erangan jiwa atau raga
Tangan bergetar
Mata menatap nanar
Jiwa berontak bangkit
Sementara raga terkulai tak berdaya
Semua mata menatap iba
Tapi tak faham apa yang diminta

Duhai Allah penguasa jiwa
Kau nampakkan keMahaanMu
Kami tak kuasa menolak kehendakMu
Betapa ingin kurengkuh segala kesakitan itu
Betapa ingin kurebut segala penderitaan itu
Agar ia terbebas dari erangan dan kesakitan

Duhai Allah penguasa raga
Engkau Maha tahu atas segala yang kau timpakan padanya
Jadikan segala deritanya sebagai pembersih segala kekeliruannya
Jadikan segala sakitnya sebagai pencuci segala kotorannya
Jadikan semuanya sebagai pendekat jarak ia denganMu

Bogor, 27 Desember 2007

Itulah catatan terakhir saya menyaksikan kesakitan dan penderitaan Ayah saya
Dalam ketidakberdayaan kami sekeluarga untuk membantu menghilangkan segala kesakitannya, kami hanya bisa menatap iba seraya pasrah kepada Allah...

Setelah lebih dari setahun ia dicekam oleh rasa sakit pada jantungnya,
Akhirnya... Minggu, 25 Februari 2007, pukul 02.55 dini hari, ia dijemputNya...

Semoga...
Allah mengampuni segala kealfaannya...
Allah menerima segala amal baiknya...
Allah menempatkannya di tempat yang mulia...
Amiin...

Dikehendaki atau tidak… Januari 2007 M. dan Muharram 1428 H. telah kita jelang.
Moment ini tak akan ada bedanya dengan hari-hari yang lain, selama kita tidak memberinya makna yang berbeda.
Lalu apa yang dapat kita lakukan agar moment ini memberi kontribusi bagi kehidupan kita?
Belajar dari Brain Tracy, kita bisa jadikan moment ini sebagai pijakan awal bagi kehidupan kita selama setahun ke depan. Caranya?

  • Tulislah tiga hal yang ingin Anda MILIKI pada tahun ini (motor, mobil, rumah, pendapatan 20 juta/bulan, dll… )
  • Kemudian tulislah tigal hal yang ingin Anda LAKUKAN pada tahun ini (buka toko, menulis buku, berhenti dari TDB, umroh, dll… )
  • Kemudian tulis pula tiga hal yang ingin Anda CAPAI pada tahun ini (mempunyai dua sumber penghasilan yang berbeda, menyelesaikan kuliah, membuka 5 toko cabang di Jabotabek, dll.)

Tindakan ini begitu sederhana, tapi tidak banyak orang yang melakukan, dan hebatnya, hasil yang Anda dapatkan akan luar biasa. Mengapa? Karena penentuan tujuan akan berdampak:

  • Memberi pilihan bagi pikiran, mana tindakan2 yang tidak perlu atau harus dilakukan
  • Memberi arah pada tindakan2 yang akan dilakukan
  • Meregangkan kemampuan pada batas yang tidak terbatas, sehingga mampu memperluas zona nyaman
  • Mendekatkan segala apa yang diinginkan secara mental

Setelah menuliskan keinginan2 itu, segeralah buat program kerja untuk merealisasikannya melalui rencana2 tindakan harian dan mingguan.
Ketika Anda melakukan tindakan ini, maka Anda menjadi termasuk golongan minoritas, dan kenyataan membuktikan ternyata hanya sebagian kecil orang itulah yang telah memperoleh kesuksesan dalam kehidupan ini.
Selamat Tahun Baru Saudara-saudaraku…
Hari ini, hakikatnya adalah mimpi2 kita yang kemarin, dan mimpi kita hari ini akan menjadi kenyataan di hari-hari yang akan datang.
Selamat dan Salam Sukses…!

PS: Sebagai hadiah tahun baru, saya ingin berbagi terjemahan resume buku “Secrets of Self-Made Millionaire” dari Adam Khoo. Bagi Anda yang berminat, bisa memesannya melalui email di resumebuku@yahoo.co.id . Saya hanya akan mengirimkan pesanan melalui alamat email itu, kecuali bagi yang sudah memesan terdahulu, saya akan mengirimkannya pada kesempatan pertama.