Alhamdulillah…
Bulan ujian telah terlampaui. Meski masa itu berlangsung setiap tahun secara rutin, namun selalu saja, diri ini merasa menyesal setiap kali Ramadhan berlalu. Karena sejak kecil episode itu dilakukan, tanpa sadar diri ini terjebak pada pola rutinitas, akhirnya terkadang dilalui hanya untuk menggugurkan kewajiban, bahkan tak jarang ada episode yang merasa menjadi beban.
Belakangan, seiring dengan bertambahnya usia dan pemahaman, saya semakin menyadari betapa bulan Ramadhan itu sangatlah berbeda dengan bulan yang lainnya, terutama dalam hal keutamaannya, karena itu, setiap Ramadhan datang, saya selalu menambatkan berbagai niat untuk mengisi dengan segala hal yang istimewa pula, seperti merutinkan shalat tarawih, qiyamul lail, tadarus Qur’an, sodaqoh, silaturahmi, dll.
Tapi selalu saja, setiap Ramadhan berakhir, niat itu tak selalu terpenuhi dengan optimal, selalu saja ada alasan untuk jastifikasi ketidaksempurnaan amalan yang dilakukan, karenanya, memasuki bulan Syawal, selalu saja saya merasa menyesali diri akan ketidakkonsistenan diri ini.
Alhamdulillah… di tengah-tengah perasaan ketidaksempurnaan tersebut, tahun ini saya merasa berbeda dengan tahun-tahun yang lalu.
Ramadhan tahun ini, adalah Ramadhan pertama di mana saya berstatus bukan sebagai pegawai. Ramadahan kali ini saya berstatus sebagai orang bebas, sehingga saya tidak lagi disibukkan oleh apel pagi, ngantor dan urusan-urusan kantor. Kali ini saya bisa memfokuskan diri pada kegiatan ibadah dan perenungan diri. Selama sebulan Ramadhan kali ini, saya bahkan tidak mengadakan kelas-kelas pelatihan, kalaupun ada, hanya sebatas pesantren kilat, kajian di Mesjid-mesjid atau acara buka puasa bersama anak-anak Yatim. Saya benar-benar fokus pada berbagai kegiatan yang terbengkalai selama bulan-bulan yang lainnya.
Di bulan Ramadhan kali ini pula, untuk pertama kali seumur hidup saya, saya berkesempatan melakukan sebuah kegiatan ibadah yang selama ini tidak pernah bisa saya lakukan (karena tidak niat kuat aja sich...), yaitu I’tikaf di Mesjid pada sepuluh hari terakhir. Dan sungguh luar biasa... selama melakukan kegiatan tersebut, saya mendapatkan begitu banyak pelajaran. Bukan hanya pelajaran yang diperoleh melalui kajian-kajian yang diikuti, tapi pelajaran penting yang saya peroleh juga didapat dari proses I’tikaf itu sendiri, dimana saya bisa bertemu dengan orang-orang yang menurut saya begitu luar biasa. Dalam kegiatan itu saya bertemu dengan seorang anak kelas 5 SD yang sudah bisa hafal 5 juz Al Qur’an(hafiz), Subhanallah...
Dalam kegiatan itu saya menyaksikan Imam-imam yang hafiz Al Qur’an, dimana usia mereka rata-rata 30 tahunan.
Dalam kegiatan itu saya dipertemukan dengan peserta-peserta lain yang usianya jauh di bawah saya, kebanyakan di antara mereka bahkan belum berkeluarga (saya bahkan kesulitan mencari peserta yang sebaya atau lebih tua dari saya).
Dalam kegiatan itu saya juga dipertemukan dengan peserta yang masih berstatus karyawan (sebuah perusahaan besar penerbangan nasional), yang sengaja mengambil cuti tahunannya hanya untuk berkesempatan melakukan I’tikaf di Mesjid (sungguh membuat saya merasa malu...)
Dalam kegiatan itu saya juga dipertemukan dengan peserta-peserta yang tidak sungkan-sungkan membawa seluruh anggota keluarganya, termasuk yang masih bayi, untuk mengikuti kegiatan itu (ini menginspirasi saya juga untuk memboyong istri dan semua anak-anak kami ke mesjid di malam-malam ganjil).
Dalam kegiatan itu, saya menemukan banyak Saudara, banyak pengetahuan, banyak wawasan, banyak kenikmatan...
Alhamdulillah... begitu banyak nikmat yang saya peroleh selama Ramadhan ini. Semoga, saya tetap bisa meningkatkan kualitas hidup saya di bulan-bulan berikutnya. Amiin...

Selamat hari raya Iedul Fitri
Semoga Allah SWT. menerima semua amalan kita semua
Mohon maaf lahir dan bathin...

SURAT SAHABAT

selamat siang, saya sangat kagum kepada anda yang dapat berjuang meninggalkan status PNS dan beralih ke wiraswasta.Terlebih lagi anda sangat mengagumi buku karangan Robert Kiyosaki, sebenarnya saya juga sudah sering membacannya dan ingin menerapkannya dalam bisnis saya hanya saja begitu banyak penolakan yang saya hadapi sehingga membuat saya down, saya berharap anda dapat memberikan solusi bagi saya yang perlu anda ketahui saya masih mahasiswa dan bisnis saya di bidang MLM.mohon di balas secepatnya

chika andriani


Hallo dik Chika…
Terima kasih atas sapaannya.
Terus terang, saya sendiripun masih terheran-heran, mengapa saya begitu berani keluar dari PNS (yang telah digeluti selama 21 tahun)... padahal proses peralihan pikirannya hanya sekitar tiga tahun. Cerita awalnya begini...
Ketika masa kerja saya sebagai PNS memasuki tahun ke 18 (sekitar tahun 2002), saya dipertemukan dengan buku Rich Dad Poor Dadnya Robert T. Kiyosaki. Dalam tiga malam, buku itu saya selesaikan, dan selama membaca buku itu saya merasa terbakar... mendidih... tersengat... kenapa? Karena isi buku itu banyak menyinggung sisi kehidupan saya sebagai karyawan yang hidupnya pas-pasan. Saya adalah produk dari orangtua miskin dan bertindak sebagai orangtua miskin bagi anak-anak saya. Betapa tidak? Orangtua saya begitu berambisi mengharapkan saya berhasil di bidang pelajaran, dengan harapan kelak akan mampu di bidang finansial.
Sebagian harapan orangtua saya terkabul, sepanjang SD sampai SMA, saya berhasil mendapatkan ranking terbaik, pendidikan tinggi saya (mulai D-3, S-1 sampai S-2) semuanya dibiayai oleh Pemerintah (beasiswa). Tapi ada satu hal yang begitu sulit saya buktikan: keberhasilan pendidikan saya tidak serta merta menjamin keberhasilan di bidang finansial. Saya memang selalu menjadi karyawan yang baik-baik, selalu diperhitungkan oleh bawahan, kawan ataupun atasan, tapi dalam hal finansial??? Saya nyaris jalan di tempat!!!
Dalam hal inilah buku itu menyadarkan saya bahwa ada sesuatu yang salah...!
Saya memang melek huruf, melek angka, tapi buta finansial...! Saya terlalu menggantungkan segi finansial pada pendapatan gaji sebagai karyawan.
Sejak saat itu saya bertekad: SAYA HARUS BERUBAH…! AGAR HIDUP SAYA JUGA BERUBAH…!
Sejak saat itu, saya baca buku seri Rich Dad yang lain serta buku-buku yang berhubungan dengan pengembangan diri (daftarnya bisa dilihat di blog ini), sayapun semakin lebih percaya pada kemampuan diri sendiri, kemudian saya melakukan tindakan-tindakan berbeda, dengan tidak hanya mengandalkan pendapatan dari gaji. Saya melakukan berbagai hal yang saya sukai, yang selama ini terabaikan, kemudian saya berpikir dan berupaya bagaimana menghasilkan pendapatan dari pekerjaan yang saya sukai tersebut.
Perlahan namun pasti… keadaan sayapun berubah, baik secara mental maupun material. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan status PNS saya dan berfokus pada pekerjaan yang saya sukai dan secara luar biasa dapat menghasilkan pendapatan yang jauh lebih besar...
Mari sekarang sedikit kita bahas keadaanmu...
Saya menduga, kemungkinan besar Anda termotivasi membaca buku Kiyosaki karena Anda bergerak di bidang MLM (atas referensi Upline Anda), dimana buku tersebut menjadi referensi utama bagi semua MLM. Kalau memang keadaannya seperti itu, Di sini terlihat bahwa motivasi dan keadaan kita sangatlah berbeda. Kemungkinan besar Anda belum mengalami keadaan seperti yang dibahas dalam materi-materi Kiyosaki. Saya berpendapat, buku Kiyosaki itu lebih cocok bagi seorang karyawan yang telah mengalami sisi negatifnya sebagai karyawan.Apalagi status Anda sebagai mahasiswa, dimana konsep-konsep Kiyosaki sangatlah bertentangan dengan konsep Akademik (kebetulan saya juga membaca buku Kiyosaki ketika masih menjadi mahasiswa S-2, jadi bisa langsung membandingkan keduanya Karena saat itu saya juga sudah mengalami sebagai karyawan, maka saya langsung bisa bersikap untuk apatis terhadap konsep akademik).
Jadi, menurut saya, buku Kiyosaki belum tentu bagus untuk semua orang. Bagus untuk orang seperti saya, belum tentu untuk Anda yang masih mahasiswa. Bagus untuk Upline Anda, belum tentu buat Anda. Karenanya, berapakalipun Anda membacanya, selalu akan ada penolakan dari dalam diri Anda sendiri.
Sama halnya dengan bisnis MLM Anda. Bisnis jenis itu cocok untuk sebagian orang, tapi belum tentu untuk sebagian yang lain. Bagi orang yang punya kemampuan bagus di bidang komunikasi, tentu akan relatif mudah menjalankannya, tapi bagi yang kurang punya kemampuan komunikasi, tentu harus bekerja keras untuk menjalankannya.
Kembali pada Anda, saya hanya menyarankan:
• Cobalah untuk lebih mempelajari pengetahuan di bidang personal development, terutama berkaitan dengan kekuatan pikiran, kekuatan keyakinan, kekuatan citra diri, sehingga Anda benar-benar memahami diri Anda sendiri dengan segala kelebihan-kelebihan Anda.
• Setelah Anda mengenal diri Anda sendiri, cobalah lakukan sesuatu yang sangat Anda sukai sesuai dengan kelebihan dan kemampuan Anda. Indikasi sesuatu yang sangat disukai adalah suatu pekerjaan yang siap Anda kerjakan meskipun Anda tidak dibayar sekalipun.
• Kemudian kalau Anda sudah menemukan pekerjaan yang sangat Anda sukai, cobalah berpikir bagaimana Anda punya penghasilan dari pekerjaan yang Anda sukai tersebut.
• Tentang bisnis MLM Anda, cobalah Anda inventarisir: apakah Anda melakukannya memang karena Anda menyenangi bertemu dengan orang?, Anda menyenangi proses memprospek orang lain? Anda merasa senang ketika downline Anda mendapatkan kemanfaatan melalui Anda? Atau jangan-jangan Anda melakukannya karena terlanjur sudah banyak mengeluarkan uang?. Kalau Anda memang menyenangi pekerjaan itu, teruskanlah dengan cara yang sesuai dengan gaya Anda sendiri. Lupakan dulu buku Kiyosakinya. Temukan pilosofi dan nilai-nilai keutamaan dari sistem MLM Anda, lalu jalankan dengan cara Anda, gaya Anda. Tiru cara-cara upline Anda yang sesuai dengan keadaan Anda, modifikasi dan kembangkan cara itu.
• Kesimpulannya: Hindari melakukan sesuatu yang tidak Anda sukai, karena Anda akan selalu merasa tertekan dalam melakukannya. Lakukanlah sesuatu yang Anda sukai, dengan cara dan gaya khas Anda sendiri, maka Anda akan menikmatinya...
Itu dulu... Saya akan menunggu cerita-cerita Anda lebih lanjut, Saya dengan sukacita siap berbagi dengan Anda, sepanjang saya bisa melakukannya...
Salam sukses...!

Yusef J. Hilmi